Jakarta, PIS – Miris, kekerasan fisik di dunia pesantren terus terjadi. Belum lama terjadi kekerasan fisik di Pesantren Gontor, Jawa Timur. Korban meninggal dunia karena dianiaya sesama santri yang lebih senior.
Baru saja, aksi kekerasan kembali terjadi di pesantren Al Falah, Lampung. Ada duel maut antara sesama santri yang mengakibatkan salah satunya meninggal dunia. Peristiwa itu terjadi akibat pelaku tak terima dihukum oleh korban, karena dia terlambat datang ke pengajian.
Saat itu, setelah pengajian usai, pelaku meminta temannya memanggil korban untuk diajak berkelahi. Sebelumnya pelaku sudah menyiapkan sebuah pisau untuk digunakan pada saat perkelahian.
Setelah melakukan aksinya, pelaku kabur, namun segera ditangkap oleh polisi. Peristiwa di Lampung itu membantah asumsi yang bekembang setelah terjadinya peristiwa kekerasan di Gontor.
Sebelumnya beredar dugaan publik, kekerasan fisik berakibat fatal sering terjadi di pesantren modern. Karena kultur pesantren yang mengagungkan senioritas dan cenderung menegakkan kedisiplinan secara keras.
Santri senior memiliki kewenangan untuk mendisiplinkan santri junior. Kejadian seperti ini sering menggunakan hukuman fisik yang mengarah pada kekerasan. Tapi fakta di Lampung membantah asumsi itu, sebab pesantren Al Falah adalah pesantren tradisional.
Bedanya lagi, korban di pesantren Al Falah itu justru adalah santri senior, bukan santri yunior seperti di Gontor. Untuk membedakan pesantren modern dan tradisional memang semakin susah.
Sebab pesantren tradisional banyak yang mulai berubah modern, seperti memiliki sekolah umum dan memakai kurikulum. Tapi perbedaan paling umum adalah di pesantren tradisonal diajarkan kitab kuning.
Sementara di pesantren modern menggunakan metode pengajaran yang lebih maju dan lebih fokus pada penggunaan bahasa asing secara intensif. Pesantren Al Falah Lampung memang tidak sepenuhnya tradisional dan ada senioritas di antara para santri.
Senioritas di kalangan santri inilah yang menjadi akar kekerasan di pesantren. Para santri senior belum memiliki kontrol dalam menerapkan hukuman pada juniornya. Pihak yang dihukum kadang juga tidak terima karena status mereka sama-sama santri.
Kekerasan di kalangan santri bisa dikurangi jika penegakan disiplin dilakukan oleh pengurus pesantren, bukan oleh santri. Itupun jika pengurusnya sadar, bahwa mereka tidak boleh melewati batas dalam penegakan disiplin tersebut.
Semoga kondisi miris di pesantren itu segera dibenahi. Ayo lawan kekerasan fisik di pesantren dengan aksi nyata!