Maraknya aksi bullying yang terjadi di sekolah dan pesantren jadi perhatian Presiden Joko Widodo. Dalam pidatonya di Kongres ke 23 PGRI pada 2 Maret lalu, Presiden Jokowi mengungkapkan keprihatinannya. Menurutnya, nggak boleh ada lagi kasus bullying di sekolah. Apalagi kalau kasusnya sampai berlarut-larut. Sekolah harusnya jadi tempat aman bagi siswa untuk menimba ilmu. Bukan malah jadi tempat yang justru bikin siswa trauma sampe nggak mau sekolah lagi. Beliau juga meminta agar pihak sekolah tidak menutupi kasus bullying yang terjadi di sekolahnya demi menjaga nama baik.
“Saya kira yang terbaik adalah menyelesaikannya dan memperbaikinya,” ucap Pak Jokowi. Pak Jokowi juga meminta agar sekolah memberi perlindungan khusus pada korban bullying. Selanjutnya Pak Jokowi meminta agar semua pihak melakukan upaya pencegahan terjadinya kekerasan, perundungan dan pelecehan di lembaga pendidikan. Sebelumnya seorang santri di Pesantren Al Haniffiyah, Kediri, bernama Bintang Balqis, tewas di tangan 4 seniornya pada 23 Februari lalu. Bintang tewas, setelah disiksa para seniornya karena dianggap tidak mengindahkan teguran untuk sholat berjamaah. Parahnya, pihak pesantren terkesan nutupin penyebab kematian Bintang ke pihak orangtuanya.
Ini bukan peristiwa pertama kasus bullying di sekolah, sebelumnya sudah banyak kasus serupa terjadi, baik di sekolah maupun pesantren. Dalam catatan Yayasan Cahaya Guru, selama tahun 2023 saja telah terjadi 136 kekerasan di sekolah. Korbannya mencapai 336 orang, dengan 19 diantaranya meninggal dunia. Itu artinya, dalam sepekan terjadi 2-3 kasus kekerasan di lingkungan pendidikan.
Memprihatinkan sekali ya, kondisinya. Sudah saatnya kasus bullying harus menjadi perhatian kita. Baik orang tua, sekolah, pemerintah dan kita semuanya. Biar nggak ada korban lain berjatuhan, apalagi sampai mengakibatkan korban jiwa. Yuk kita sama-sama ciptakan lingkungan sehat buat anak-anak kita.
Stop bullying!