Kata Politisi PDIP Ini, Ijazah Jokowi Dicetak Ulang di Pasar Pramuka

Published:

Politisi PDI Perjuangan Jakarta ini ngadi-ngadi banget. Masa dia bilang ijazah Pak Jokowi itu hasil cetak ulang tahun 2012 di Pasar Pramuka, Jakarta Pusat. Ijazah hasil cetak ulang itu yang digunakan buat syarat administratif pencalonan Pak Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta tahun 2012. Politisi PDI Perjuangan yang ngomong ini namanya Bambang Suryadi alias Beathor Suryadi. Itu dia bilang dalam sesi wawancara bersama iNews pada 19 Juni lalu.

Menurut dia, pencetakan ulang ijazah Pak Jokowi itu direncanakan dalam sebuah pertemuan antara tim Pak Jokowi dari Solo dan kader PDIP DKI Jakarta ketika itu. Tim Pak Jokowi dari Solo ada tiga orang: David, Anggit, dan Widodo. Sementara kader PDIP DKI Jakarta di antaranya Dani Iskandar, Indra, dan Yulianto. Beathor menyebut, Widodo, tim Pak Jokowi dari Solo, dan Dani, kader PDIP DKI Jakarta, sering bertemu. Widodo dan Dani secara bersama beberapa kali bertemu Pak Jokowi. “Setelah lolos dari KPUD DKI mereka membentuk tim pemenangan di Jalan Menteng 22 itu,” kata.

Menurutnya, orang yang mencetak ulang ijazah Pak Jokowi di Pasar Pramuka itu Widodo. Setelah selesai dicetak, Beathor menyebut ijazah itu diserahkan kepada Prasetyo Edi Marsudi untuk diserahkan ke KPU DKI Jakarta. Prasetyo adalah pimpinan PDI Perjuangan Jakarta yang saat itu menjabat Ketua DPRD DKI Jakarta. “Dia yang menerima. Mereka melihat gitu semua ijazah, terus diserahkan ke partai, dari partai langsung ke KPUD,” ujar Beathor. Beathor juga semakin yakin ijazah Pak Jokowi hasil cetak ulang karena foto yang digunakan dari jenjang pendidikan SD hingga SMA sama semua. Karena itu, Beathor menganggap Pak Jokowi pake foto ijazah terdahulunya.

Bahkan dia ngaku pernah ngobrol sama politisi Andi Widjajanto yang menurutnya pernah melihat ijazah palsu Pak Jokowi tahun 2014. Saat itu Pak Jokowi mencalonkan diri sebagai calon Presiden bersama Jusuf Kalla. Belakangan, pernyataan Beathor itu dibantah langsung Andi. Dia mengaku, dia memang Sekretaris Tim Kampanye Pak Jokowi pada Pilpres 2014. Tapi dia membantah pernah ngobrol sama Beathor soal ijazah Pak Jokowi. Andi bilang saat itu tugasnya cuma mastiin kelengkapan administrasi untuk disetor ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Tuduhan Beathor ini jelas ngaco banget. Ijazah itu dokumen negara yang diterbitkan instansi resmi pendidikan. Dalam konteks Pak Jokowi, yang terbitin ya hanya UGM sebagai kampusnya Pak Jokowi. Dalam ijazah itu udah pasti ada nomor registrasi yang unik, tanda tangan rektor, dan stempel kampus. Cetak ulang ijazah yang dimaksud Beathor nggak mungkin terdapat nomor seri ijazah yang valid yang cocok dengan sistem arsip UGM. Beathor juga bilang “foto pada semua jenjang pendidikan Jokowi sama” seolah-olah itu bukti pemalsuan. Padahal foto yang sama di ijazah SD, SMP, SMA, dan kuliah bukan pelanggaran hukum. Banyak alumni lama, terutama angkatan 1980-an dan sebelumnya, menggunakan satu foto yang sama untuk keperluan legalisir atau urusan administratif. Itu karena keterbatasan teknologi dan cetak foto di masa itu.

Kalau benar ada pemalsuan dalam ijazah Pak Jokowi, kenapa nggak dibuktiin dengan audit forensik terhadap tinta, kertas, atau nomor ijazahnya? Kan itu unsur-unsur yang paling gampang diuji dan dibuktiin. Apa yang dilakukan Beathor ini disebut ‘hearsay politics’ atau gosip politik. Yaitu, tindakan mengangkat isu tanpa beban pembuktian, lalu membiarkan publik berspekulasi. Pelakunya nggak peduli apa yang dikatakannya valid atau nggak. Buat pelaku, yang penting asal jeplak, asal bacot. Pelaku juga nggak peduli apa yang dikatakannya menyebabkan kegaduhan di tengah masyarakat.

Kami nggak percaya Beathor serius ingin mengungkapkan pelanggaran hukum. Kalau dia serius, seharusnya dia udah membongkarnya sejak tahun 2012, ketika Pak Jokowi dicalonkan di Jakarta. Di negara yang warganya relatif bebas bersuara, mustahil ada seorang politisi yang lolos tiga kali skrining ketat dengan ijazah palsu. Apalagi kompetisi politik yang dilalui Pak Jokowi ketika itu panas dan dia diserang dengan kampanye negatif, bahkan kampanye hitam. Tapi, saat itu, ijazah Pak Jokowi nggak pernah mencuat sebagai materi kampanye negatif, bahkan kampanye hitam. Apa yang dilakukan Beathor itu jelas menjijikkan dan memalukan. Yuk, jadi warga yang kritis!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img