Kasus penggelapan tabungan murid oleh guru terdengar lagi. Terbaru, terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Jadi, ratusan orangtua murid di Sekolah Dasar (SD) Pakemitan 1 dan 3 menggelar unjuk rasa di depan kantor desa Pakemitan. Mereka ingin mengadu soal tabungan anak-anak mereka yang digelapkan mantan kepala sekolah yang sama di dua SD itu.
Tabungan murid yang digarong mencapai total 800 juta Rupiah. Para orangtua murid membawa tulisan protes menuntut mantan kepala sekolah itu segera mengembalikan uang tabungan anak-anaknya. Kepala sekolah itu kabarnya sudah lebih dari 3 kali berjanji akan mengembalikan tabungan itu sejak Juni lalu. Tapi, sampai sekarang hal itu tidak kunjung terealisasi.
Inilah yang membuat para orangtua sepakat menggelar aksi protes dan menagih janji mantan kepala sekolah itu. Sebelumnya, gelagat aneh kepala sekolah itu sudah terlihat di akhir masa jabatannya sebagai kepala sekolah di SDN Pakemitan 1. Dia membawa semua tabungan murid dari kelas I sampai kelas VI senilai 300 juta Rupiah dari bendahara dan tidak mengembalikannya.
Modus yang sama dilakukannya ketika dia diangkat jadi Plt kepala sekolah Pakemitan 3. Dia membawa kabur tabungan senilai 500 juta Rupiah. Salah satu orangtua murid bilang tabungan anaknya yang macet di sekolah sekitar Rp 5 juta. Uang itu semula digunakan untuk keperluan anaknya yang melanjutkan sekolah ke SMP. Tapi karena kejadian itu, proses kelanjutan sekolah anaknya jadi terhambat.
Plt Kepala SDN Pakemitan 3 yang baru bilang akan ikut tanggung jawab secara moril dan membantu memperjuangkan tabungan itu agar dikembalikan. Para orangtua murid berharap masalah ini jadi perhatian dinas pendidikan dan Bupati Tasikmalaya.
Polisi setempat sudah memantau kasus ini dan menunggu laporan resmi dari orangtua murid. Kasus penggelapan tabungan murid di Jawa Barat bukan yang pertama. Kasus serupa terjadi di Pangandaran sebelumnya.
Apa yang terjadi di Pangandaran dan Tasikmalaya sungguh memalukan. Kepala sekolah dan guru justru mengkhianati kepercayaan masyarakat dengan menggarong tabungan murid dan lari dari tanggungjawab. Sudah seharusnya ada sistem penyimpanan tabungan murid yang lebih ketat sehingga tidak ada lagi kasus-kasus serupa di masa mendatang.
Yuk, wujudkan sekolah yang berintegritas dan amanah!