Dua tokoh Islam, Adi Hidayat dan Felix Siauw, lagi rame berdebat dengan guru silat bernama Herry Pras. Perkara pokoknya sih sederhana soal Tabayyun. Tabayyun itu adalah sebuah konsep Islam tentang perlunya memahami, meneliti, dan memverifikasi terlebih dahulu sebelum menentukan sikap atau mengeluarkan pernyataan. Jadi, gampangnya, kalau kita mengkritik ucapan seseorang, ya sebaiknya kita pastikan dulu apa maksud orang itu mengucapkan hal yang kita kritik itu.
Nah itu yang sekerang jadi persoalan di antara ketiga tokoh tadi. Semua berawal waktu Herry Pras mengkritik ceramah Uustad Adi Hidayat di salah satu kampus Muhammadiyah. Saat itu UAH memotong ayat Al-Quran yakni Surat Maryam ayat 30 biar sesuai sama topik ceramahnya. Pras nggak setuju dengan pemotongan itu. Kata Pras, memotong ayat tanpa jelasin konteks itu bahaya. Bisa bikin pendengar awam salah paham.
Nah, kritik ini didengar sama UAH. UAH berkilah pemotongan ayat itu boleh dilakukan untuk focus pada bagian tertentu, tanpa mengubah makna. Di lain sisi, UAH tiba-tiba singgung perihal pentingnya prinsip tabayyun. Dia seperti mau bilang, verifikasi dulu kebenaran dulu sebelum nyebarin informasi. Tapi, justru ini jadi boomerang buat UAH. Pras mempertanyakan soal UAH yang menurutnya juga sering nggak tabayyun. Kompilasi perseteruan tabayyun ini diunggah oleh akun Tiktok @sandianom12. Pras ungkit sikap UAH yang pernah kritik Buya Syakur tanpa tabayyun dulu. Jadi Buya Syakur pernah ngomong soal Siti Khadijah yang katanya dulu beragama Nasrani. UAH waktu itu langsung bereaksi pake video. Dan dia melakukannya tanpa klarifikasi atau ngobrol langsung sama Buya Syakur.
Jadi menurut Pras, ini nggak konsisten. Kalau dikritik disuruh tabayyun, tapi pas gilirannya ngeritik malah nggak konsisten. Alih-alih nanggepin kritik soal tabayyun ini, UAH malah bawa isu lain: adab dalam berdebat.
“Orang yang meninggalkan perdebatan sekalipun benar akan dibangunkan istana di pinggir surga” ucap UAH.
Lho, bingungin gak sih? Kok kesannya UAH kelihatan anti kritik? Situasi makin panas pas Felix Siauw ikutan komentar. Bukannya adem, malah makin nyudutin orang-orang yang mengkritik UAH.
“Saya nggak lihat ada niat baik dari orang yang mengkritik Ustaz Adi Hidayat” ucap Felix. Lho kok malah jadi niat pribadi? Sebenernya isu dasarnya kan soal surat Maryam ayat 30. Sebenarnya UAH tinggal menjelaskan apa yang sebenarnya hendak ia sampaikan dengan mengutip ayat itu. UAH sebaiknya menjelaskan mengapa menurutnya, pendengarnya akan salah paham.
Kenapa harus berargumen soal Tabayyun? Dan kalau Felix juga setuju dengan UAH, ya sampaikan saja, tanpa perlu mempersoalkan niat. UAH dan Felix Siauw harus selalu ingat mereka punya banyak pengikut. Kalau mereka terus bangun narasi kayak gini, ruang diskusi jadi tertutup. Masyarakat harus diajarin untuk terbiasa mendengar berbagai pendapat yang berbeda. Bukan diajarin buat manut aja dan nggak berpikir kritis. Padahal, di era digital kayak sekarang, budaya berpikir kritis dan diskusi terbuka itu penting banget.
Yuk, bangun ruang dakwah dan diskusi yang sehat, kritis, dan terbuka. Jangan Cuma saling serang atau menang-menangan. Kritik itu bukan serangan, tapi kesempatan buat jadi lebih baik!