Jakarta, PIS – Kesuksesan film Ngeri-ngeri Sedap menandakan kebangkitan kembali film Indonesia. Ini merupakan film ke lima tahun ini yang penontonnya lebih dari satu juta orang. Yang pertama KKN Desa Penari dengan 9 juta penonton, yang menjadikannya film pemecah rekor penonton film Indonesia.
Yang istimewa dari film ini adalah upaya untuk mengangkat budaya Indonesia. Tepatnya budaya Batak. Yang menjadi inti cerita film ini adalah konflik antara orang tua, Pak Domu dan Mak Domu, dengan ketiga anak laki-lakinya, Domu, Gabe dan Sahat. Pak Domu dan Mak Domu mewakili cara pandang lama. Mereka menginginkan anak-anaknya mengikuti nilai-nilai dan adat istiadat batak.
Sementara anak-anaknya, mewakili generasi muda yang ingin lepas dari kungkungan aturan dan adat leluhurnya. Konfliknya berlapis lapis. Ada soal keinginan orang tua agarnya putranya menikah dengan gadis sesama suku, padahal sang putra sudah bertunangan dengan gadis Sunda. Ada soal keinginan orangtua agar putranya menjadi ahli hukum, sementara sang anak menjadi komedian.
Dan ada soal harapan orangtua agar si anak tetap di tanah kelahiran supaya bisa mewarisi rumah leluhur, sementara si anak memilih tinggal di Yogyakarta. Konflik akhirnya pecah di saat ketiga putra pulang karena mendengar orangtuanya bercerai. Dengan latar belakang konflik yang dibalut komedi itulah, sutradara Bene Dion Rajagukguk, menampilkan budaya Batak. Bene sendiri sebelumnya baru menyutradarai satu film, Ghost Writer.
Di film Ngeri-ngeri Sedap, Bene mengaku sengaja menampilkan latar belakang budaya Batak yang sangat kental. Karena itu, pengambilan gambarnya pun 90 persen dilakukan di sekitar Danau Toba. Menurut Bene, pemilihan setnya memang diniatkan untuk memajukan pariwisata di Toba. Bene menampilkan pemandangan indah Toba, music khas Batak dan joke-joke Batak yang sangat jenaka.
Bahkan mayoritas artisnya pun berdarah Batak. Pujian terhadapnya berdatangan. Termasuk dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, yang memang berdarah Batak. “Saya bangga kepada sutradara yang merancang ini. Penyajiannya high-end, bukan film kacangan,” ujar Luhut. Ngeri-ngeri Sedap membuktikan film tentang kebudayaan bisa menarik penonton. Banyak sutradara film Indonesia yang kreatif. FILM INDONESIA MEMANG SEDAP TAK TERKIRA.