Niat mau berbagi, eh malah dibikin shock sama kelakuan warga sekitar. Ini yang dialamin konten kreator, Willie Salim. Ceritanya, dia ngadain buka puasa bersama di Benteng Kuto Besak (BKB), salah satu destinasi wisata di Palembang, pada 18 Maret lalu. Willie dan timnya beli sapi 1 ton jenis Bental seharga Rp 50 jutaan. Diperkirakan sapi 1 ton itu bisa jadi 20 ribu potong rendang.
Willie dan timnya juga takjil sop durian. Rendang dimasak pakai kuali raksasa. 20 aparat polisi ikut berjaga. Proses masak rendang disaksikan ratusan warga yang ngabuburit di BKB. Jam 7 malam, daging dimasukkan ke dalam kuali. Proses masak rendang baru berjalan 5 menit. Willie pergi sebentar ke toilet dengan dikawal beberapa anggota polisi. Balik ke lokasi, dia shock. Dia nggak nyangka, rendangnya udah ludes dijarah warga.
Padahal, rendang belum selesai dimasak dan rendang belum dipersilakan buat diambil. Warga nggak sabar. Begitu lihat kesempatan, rendang yang belum matang langsung dijarah. Polisi yang berjaga udah coba tenangin dan tertibin warga. “Ini masih panas, belum matang, jangan diambil dulu!” Tapi tetap aja, banyak yang nekat dan nggak peduli. Mereka ambil rendang pakai kresek, ember, gayung. Bahkan ada yang langsung pakai tangan kosong. 20 anggota polisi nggak sanggup nahan ratusan warga yang ngejarah.
Willie nggak percaya sama kejadian ini. “Ini pertama dalam sejarah ya! Lenyap! Lenyap yang luar biasa! 300 kilo! Lenyap!” katanya. Info kejadian itu langsung viral. Videonya di akun Tiktok Willie sudah ditonton lebih dari 20 juta kali. Video keterangan polisi yang berjaga soal kejadian sudah ditonton lebih 13 juta kali. Banyak netizen yang kesel sama kelakuan warga Palembang di lokasi. “Duh, Palembang malu ih!” tulis seorang netizen. “Bisa-bisanya dengan lantang ‘HIDUP PALEMBANGGG'” sindir yang lain. “Emang Palembang se-miskin itu ya sampe segitunya, malu!” tambah netizen lain yang nggak habis pikir.
Apa yang terjadi di Palembang itu jadi semakin menguatkan stigma tentang orang Indonesia. Pertama, orang Indonesia itu nggak bisa tertib. Ini bisa kita lihat di jalan, di pasar, di terminal. Ketidaktertiban cenderung dianggap wajar, dinormalisasi. Tentu nggak fair kalo ketidaktertiban itu sepenuhnya disalahkan ke warga. Kedua, orang Indonesia suka ngejarah. Masih inget kasus truk yang terguling, lalu barang yang diangkut bus itu dijarah warga? Bayangin nasib sopir truk itu. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
Apa yang terjadi pada Willie ini membuka mata kita semua. Nggak mudah bikin acara di tengah masyarakat dengan dua stigma ini. Apalagi tanpa didukung tim keamanan yang profesional. Acara yang nampak luhur pun bisa berujung pada keos. Tapi harapan soal terwujudnya ketertiban tetap nggak boleh luntur. Harus kita usahakan semaksimal mungkin. Indonesia sudah dikenal sebagai negara paling dermawan di dunia. Kami percaya, Indonesia akan juga dikenal sebagai negara paling tertib di dunia. Mengutip John Lennon, “You may say i’m dreamer”. Tapi, “i’m not the only one”. Yuk, kita jadi warga yang tertib!