Jakarta, PIS – NU sudah mengeluarkan pernyataan perang. Mereka bilang, akan melawan siapapun yang melakukan politik identitas. Ini disampaikan Ketua Umum PB NU Yahya Cholil Staquf. Menurut Gus Yahya, gaya politik bernuansa SARA harus hilang dalam Pemilu 2024.
Karena itu, kalau ada yang menggunakan isu itu, NU akan melawannya. Gus Yahya juga melarang para kadernya memperalat identitas NU. Termasuk melarang tempat ibadah dijadikan tempat menggalang dukungan.
Menurutnya, para pemilih seharusnya berpikir tentang rekam jejak para kandidat. Yang berkinerja, berintegritas dan bermoral lebih baik yang yang dipilih. Menurutnya, tanpa politik identitas Pemilu 2024 dapat berjalan demokratis dan rasional.
Tidak ada kegaduhan berlatar belakang agama, etnis maupun kelompok atau organisasi. Indonesia pernah mengalami masa suram karena politik identitas. Ini terjadi pada Pilpres 2014, 2019 dan Pilkada DKI 2017.
Pada Pilpres 2014 dan 2019 Presiden Jokowi diserang dengan tuduhan berlatar belakang agama. Yang lebih seram terjadi pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok diserang karena ia keturunan Tionghoa dan dia Kristen.
Para pendukung Ahok yang beragama Islam, diancam tidak akan dishalatkan jika diketahui mendukung Ahok. Akibatnya politik identitas itu, terjadi polarisasi berkepanjangan antar pendukung Anies dan Ahok.
Saat ini ada kekhawatiran politik identitas muncul kembali. Ini terjadi karena Partai Nasdem sudah memajukan nama Anies Baswedan sebagai calon presiden. Padahal Anies menang dalam Pilgub DKI 2017 dengan membesarkan isu SARA.Bahkan banyak kalangan menjuluki Anies sebagai bapak politik identitas.
Mungkin karena alasan itu, sejak awal NU sudah memberi peringatan. Yuk dukung NU, lawan politik identitas!