Pelukis Yos Suprapto lagi ngelakuin strategi marketing agar lukisannya ‘dibredel’? Narasi ini sedang berkembang di media sosial dan jadi bahasan netizen. Dikatakan, ‘pembredelan’ lukisannya itu cuma strategi marketing buat naikin harga lukisan dan popularitasnya. Yos dianggap sengaja bikin lukisannya kontroversial yang kemudian ditolak kurator Galeri Nasional. Penolakan itu lalu diduga sengaja dimanfaatin Yos supaya dapet simpati publik.
Dugaan ini nampaknya berangkat dari tulisan Dahlan Iskan yang berjudul ‘Lukisan Aktivis’ yang dimuat pada 26 Desember lalu. Dalam tulisan itu, Dahlan mengungkap pameran lukisan Yos yang pernah ditolak di Australia karena terdapat unsur pornografinya. Kontroversi itu berujung lukisan Yos dilarang dipamerkan di Australia.
“Media di sana mem-blow-up pembredelan itu. Nama Yos langsung top. Lukisannya diborong kolektor,” tulis Dahlan Iskan. Yos bilang pembredelan itu bikin hidupnya berubah.
“Saya jadi kaya raya,” kata Yos dikutip Dahlan Iskan. Karena itu, netizen menduga Yos pake taktik yang sama pas lukisannya dipamerkan di Galeri Nasional, kata akun @kurawa. Infonya, sampai saat ini lukisan Yos yang semula bakal dipamerin di Galeri Nasional Yos udah laku terjual 7 lukisan. Akibat pelarangan pameran lukisannya di Australia, Yos jadi kaya raya. Tapi apakah nasib baik akan tetap menyertai Yos setelah pameran lukisannya dibatalkan Galeri Nasional? Kita tunggu waktu yang akan menjawabnya. Tapi yang pasti, penolakan pameran Yos saat ini masih jadi polemik.
Pemerintah Prabowo dituduh mengancam kebebasan berekspresi gara-gara pembatalan pameran lukisan Yos itu. Pemerintah dianggap otoriter membatalkan pameran karena di dalam pameran pelukis kawakan itu ada karya yang menghina Jokowi. Padahal yang melarang sebenarnya bukan pemerintah. Yang keberatan dengan isi pameran tersebut adalah kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo. Suwarno, yang juga seniman senior, menganggap lukisan Yos itu terlalu vulgar dan memuat makian.
Kurator menganggap karya-karya itu tidak sejalan dengan judul besar pameran. Judul pamerannya kan Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan. Tapi kok ada lukisan yang vulgar dan merendahkan Jokowi. Karena Yos tak bersedia menurunkan lukisan bermasalah itu, akibatnya Suwarno mundur. Akibatnya lagi, Galeri Nasional membatalkan acara itu. Soalnya, bagi mereka, pendapat kurator itu sangat penting. Dalam acara pameran kesenian saat ini, kurator adalah pihak yang diminta menilai, memilh dan menentukan karya-karya mana saja yang layak ditampilkan.
Jadi kalau kurator menganggap karya yang ditampilkan tidak layak, Galeri pun terpaksa berpikir ulang. Apalagi Galeri Nasional Indonesia adalah sebuah lembaga budaya negara. Galeri Nasional menyatakan tidak membatalkan, tapi menunda walau jadwal pastinya belum bisa dipastikan. Lucunya, Yos nggak terima dengan penilaian negatif terhadap karya-karyanya. Di konferensi persnya, dia membantah tuduhan bahwa dia melontarkan makian terhadap Jokowi dalam lukisannya. Dia juga membantah bahwa isi lukisannya menyindir Jokowi, atau bahkan ditujukan kepada penguasa tertentu.
Sebagai seniman senior, Yos seharusnya mengakui saja bahwa dalam lukisannya, memang termuat pernyataan politik terhadap Jokowi. Kenapa Yos takut untuk mengakui bahwa dia memang menganggap Jokowi menindas rakyat? Yuk, jadi seniman yang jujur!
KATEGORI: PENCERAHAN