Penindasan Terhadap Perempuan Afghanistan Terus Berlanjut

Published:

Jakarta, PIS – Kondisi perempuan di Afghanistan makin memprihatinkan. Berbagai aturan yang memasung hak-hak perempuan terus dibuat. Setelah kembali dikuasai Taliban, Afghanistan makin tidak ramah perempuan. Yang terbaru, Taliban mewajibkan seluruh perempuan mengenakan chadori/burqa di ruang publik. Chadori adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh perempuan dari ujung kepala hingga ujung kaki. Aturan ini disampaikan oleh pemimpin tertinggi Taliban Haibatullah Akhundzada pada 7 Mei lalu. Menurutnya, chadori adalah pakaian tradisional dan bermartabat bagi perempuan Afghanistan. Juga untuk menghindari perempuan dari gangguan laki-laki yang bukan mahram. Taliban menyiapkan sanksi bagi perempuan yang melanggar aturan tersebut.

Mahram perempuan tersebut akan didatangi, dipenjara, atau dipecat dari pekerjaannya di pemerintah. Sejumlah perempuan di Kabul melakukan demonstrasi menolak aturan tersebut pada 10 Mei lalu. “Burqa bukan hijab kami,” teriak para peserta demonstran lantang. Aturan Taliban itu juga mendapat kecaman dari tokoh Afghanistan. Fawzia Koofi menyatakan, keputusan Taliban itu merupakan tindakan penindasan. Daud Naji menyatakan, keputusan Taliban itu mengeliminasi perempuan. Sejak Agustus 2021, Taliban sudah menetapkan sejumlah kebijakan yang memasung hak-hak perempuan.

Taliban melarang perempuan untuk naik pesawat sendirian tanpa ditemani mahramnya. Taliban menutup sekolah menengah bagi kaum perempuan. Taliban melarang perempuan bekerja di kantor. Taliban melarang perempuan mengakses layanan kesehatan tanpa ditemani mahramnya. Pemerintahan Taliban saat ini jelas tidak ada bedanya dengan Pemerintahan Taliban sebelumnya. Taliban sibuk mengurusi tubuh perempuan, daripada menuntaskan penderitaan rakyat Afghanistan. Solidaritas kita untuk seluruh perempuan di Afghanistan. Jangan sampai hal serupa terjadi di Indonesia.

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img