Radio Corong Penyandang Disabilitas

Published:

Jakarta, PIS – Penyandang tunanetra di Surabaya keren, Bestie PIS. Mereka nggak cuma ngeluh soal minimnya porsi suara kaum difabel media massa mainstream. Lebih dari itu, mereka bergerak dan ciptain media sendiri.

Namanya, Radio Braille Surabaya (RBS). RBS diluncurin di Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) pas di hari peringatan disabilitas Internasional 3 Desember kemarin. RBS diinisiasi para guru yang mengabdi di YPAB dan juga anggota Lembaga Pemberdayaan Tunanetra Surabaya.

RBS didiriin Tutus Setiawan bersama tiga temannya. Asal tahu aja Bestie PIS, mereka juga penyandang disabilitas netra. Kata Tutus, media punya peranan penting untuk suarain isu-isu disabilitas.

Karena itu, RBS akan jadi corong untuk nyampaein suara penyandang disabilitas secara umum ke masyarakat dan pemerintah. Mungkin Bestie PIS bertanya, kenapa radio? Kenapa nggak media lain?

Radio masih jadi sumber informasi utama bagi para tunanetra. Itu karena sifat radio yang auditif sehingga paling mudah dikonsumsi disabilitas Tunanetra. Saat ini ada 3 konten utama yang ingin diangkat di RBS.

Satu, pemahaman tentang disabilitas. Dua, ekspresi, potensi, dan bakat penyandang disabilitas. Tiga, isu-isu populer mencakup politik, ekonomi, dan kesehatan dari sudut pandang disabilitas.

Sejauh ini konten siaran RBS sudah bisa diakses di kanal YouTube RBS. Selanjutnya akan bisa diakses melalui platform radio on demand. RBS dapat apresiasi dari ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya, Eben Haezer.

Katanya, media massa di Indonesia saat ini masih kurang suarain kepentingan kelompok disabilitas. Melalui RBS, dia berharap suara para penyandang disabilitas semakin terdengar. Untuk kuatin RBS, AJI Surabaya kasih beberapa pelatihan. 

Mulai dari dasar-dasar jurnalistik, penggalian, sampai distribusi konten. Mudah-mudahan RBS berhasil jadi corong penyandang disabilitas dan sarana edukasi. SEMANGAT, RBS.

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img