Rizieq Shihab Semprot Hasil Penelitian soal Habib di Indonesia

Published:

Tahu Rizieq Shihab kan? Petinggi ormas terlarang FPI itu muncul lagi di media. Rizieq merespons pendapat salah satu ulama asal Banten yang mempertanyakan ketersambungan darah para habib di Indonesia dengan Nabi Muhammad. Bahkan, seperti biasa, Rizieq melontarkan kata-kata yang tidak pantas.

Jadi, beberapa waktu lalu KH Imaduddin Utsman Al Bantani membuat pernyataan yang mengemparkan. Dia berpendapat mayoritas habib di Indonesia belum terbukti secara ilmiah memiliki jalur darah ke Rasulullah. Menurut Ketua Fatwa Komisi MUI Banten itu, para habib datang ke Indonesia pada tahun 1880an. Sejak itu mereka mengaku keturunan Rasulullah. Mereka mengaitkan diri mereka dengan Alawi bin Ubaidillah yang secara darah tersambung dengan Nabi Muhammad. Makanya, para habib di Indonesia sering juga disebut Ba’ Alawi atau Bani Alawi atau anak cucu Alawi.

Nah, menurut Kiai Imad ada yang terputus dari rangkaian keturunan Alawi itu. Singkatnya, dia berkesimpulan sulit untuk mencari ketersambungan para habib di Indonesia untuk sampai pada Nabi Muhammad. Itu artinya, anggapan bahwa para habib sebagai keturunan Nabi Muhammad yang sudah terbangun selama ini seolah dipatahkan Kiai Imad. Kiai Imad belakangan mendapat serangan dari beberapa sosok yang selama ini dikenal sebagai habib. Termasuk, Rizieq Shibab.

Kata Rizieq, Kiai Imad sudah melakukan pembegalan nasab (keturunan) karena meragukan adanya keturunan Nabi Muhammad di Indonesia. Rizieq membantah penelitian Kiai Imad itu adalah penelitian ilmiah. Rizieq bahkan bilang Kiai Imad belajar dari kandang kebo. Bantahan yang dikatakan Rizieq itu terkesan sekedar sikap emosional, bukan rasional. Mau diterima atau tidak, bagaimana pun pendapat Kiai Imad itu berangkat dari penelitian sejarah yang dilakukan secara ilmiah. Jika penelitian Kiai Imad dinilai salah, ya buktikan saja kesalahannya dengan menggunakan prosedur riset ilmiah juga. Data diadu data, penelitian dibalas penelitian.

Terlepas dari perdebatan itu, apa yang dilakukan Kiai Imad perlu diapresiasi. Dia dinilai mempelopori model kerja ilmiah yang didasarkan pada data-data sejarah yang konkrit, bukan mitologis. Lagi pula, seringkali sejarah yang kelihatannya mapan pada dasarnya masih terbuka untuk terus dipelajari dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda dari yang mapan. Yuk, beragama dengan akal sehat.

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img