Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti bilang, di kalangan gen Z dan Milenial, ada banyak yang milih nggak beragama. Ini jadi trend, katanya.
Dia bilang begitu dalam ceramah menyambut tahun baru Hijriah di Yogyakarta. Gen Z itu merujuk pada mereka yang lahir pada 1997-2012, alias usianya 9 sampai 26 tahun. Sedangkan Milenial ini kelahiran 1981-1996 dan usianya antara 27-42 tahun di 2023.
Mu’ti nggak sampein pernyataan itu dengan nada marah. Ia justru menyerukan umat islam yang lebih tua perhatiin perkembangan corak keagamaan gen Z secara seksama. Dia bilang, gen z dan millennial punya spiritualitas yang emang lebih rendah daripada generasi sebelumnya.
Mereka nganggap agama nggak terlalu diperluin dalam kehidupannya. Generasi ini nggak ngerasa agama itu perlu atau agama itu penting. Makanya, sekarang muncul trend di kalangan generasi muda buat milih nggak beragama.
Walaupun mereka mempercayai spiritualitas ke-Tuhanan, tapi mereka enggan terikat dengan institusi agama manapun. Istilah kerennya, mereka cenderung agnostik. Dengan kalimat sederhana Abdul Mu’ti menyebut gen Z ini “mencintai tapi nggak mau memiliki”.
Di sisi lain, generasi muda ini lebih longgar dalam hubungan antar kawan, bahkan hubungan antar agama. Mereka cenderung terbuka dan lebih menerima nilai-nilai universal, daripada nilai yang memisahkan mereka.
Penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan lebih tinggi di kelompok ini. Mereka lebih cair, pergaulannya lintas batas. Kecenderungan sikap tersebut dapat dilihat dalam sikap tentang LGBT.
Mu’ti bilang, kelompok generasi muda ini lebih mudah menerima perbedaan orientasi seksual itu, dibanding kelompok atau tua. Makanya, Mu’ti saranin Muhammadiyah ngangkat isu spiritualitas generasi milenial sebagai isu nasional.
Saat ini dan ke depannya, demografi penduduk Indonesia mayoritas adalah kelompok gen z dan millennial. Jadi, masa depan bangsa ini bergantung pada mereka. Yuk kita ikuti nasehat Abdul Mu’ti. Pahami Gen Z dan Millenial! Mereka masa depan Indonesia.