Kasihan betul ya Willie Salim! Dia itu konten creator yang bikin aksi bagi-bagi rendang 200 kg di Palembang, tapi rendangnya ludes diserbu massa dalam 15 menit. Dia justru sekarang diserang para artis dan pendakwah yang marah dengan aksinya. Willie bahkan digugat ke polisi. Yang mengecam dia banyak orang terkenal. Ada Helmy Yahya, Chef Arnold, Konten kreator Bobon Santoso, peramal Hard Gumay, penceramah Felix Siauw dan Abdul Somad hingga Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru. Mereka rata-rata berkomentar, aksi Willie cuma settingan aja dan mendesak Willie klarifikasi serta minta maaf. Bahkan dokter Richard Lee juga mau bikin acara masak tandingan kayak Willie Salim di lokasi yang sama di Palembang. Kata Richard, dia mau buktiin kalo masyarakat Palembang nggak se barbar itu.
Sementara yang menggugat adalah Aliansi Masyarakat Kota Palembang ke Polda Sumatera Selatan pada 22 Maret lalu. Gugatan itu diajukan gabungan Tiktoker Palembang Suzannita, Dinas Pariwisata Kota Palembang, para budayawan, konten kreator, dan tokoh masyarakat dengan Pasal Pencemaran Nama Baik. Mereka bahkan bilang, selama tidak minta maaf secara langsung, Willie tidak boleh lagi menjejakkan kaki di Palembang sampai kapanpun. Willie sebenarnya dikenal sebagai orang baik. Menurut Ustadz Derry, Willie pernah bangunin masjid, memberangkatkan umroh, dan berkurban setiap tahun. Willie juga diketahui pernah menyumbang perahu kayu ke SMP Negeri 4 Cibitung dan SD Negeri Ciloma yang harus berangkat ke sekolah dengan menyeberang sungai. Dia juga kabarnya lagi bikin konten berbagi di Semarang, yaitu memasak gulai dari 25 ekor kambing pada 25 Maret lalu di akun tiktoknya.
Tapi sekarang dia sial. Niat baiknya malah dibalas dengan air tuba. Sebenarnya kesalahan Willie satu: manajemen acara dia memang payah. Acara yang melibatkan massa besar harusnya lebih tertata, mungkin dengan sistem antrian atau melibatkan keamanan. Willie harusnya tahu, begitu tidak dikendalikan dengan baik, massa yang ada di kerumunan besar cenderung kehilangan kontrol diri. Si Willie ini malah meninggalkan lokasi pembagian untuk beristirahat, sementara warga dibiarkan antre di depan kuali rendang tanpa pengawal. Akibatnya warga merasa berhak berinisiatif sendiri untuk mengambil rendang menggiurkan di hadapan mereka. Dan ketika melihat orang lain berebutan, insting primitif mereka buat bertahan hidup aktif: “Kalau aku nggak ambil sekarang, nanti kebagian nggak?” Jadi wajarlah kalau aksi ‘penjarahan’ oleh massa itu terjadi.
Kritik dari tokoh masyarakat dan pendakwah itu sebenarnya wajar sebagai bentuk evaluasi. Tapi kalau Willie sampai dituduh dengan sengaja bikin settingan dan dengan sengaja memancing insiden ini, rasanya sih berlebihan. Apalagi Willie juga udah bikin video permintaan maaf dan klarifikasi soal kasus ini. Yang mungkin harus dipuji adalah Walikota Palembang, Ratu Dewa yang sudah bertemu Willie pada 18 Maret lalu. Bahkan si walikota yang akhirnya minta maaf atas aksi warganya itu dan minta Willie bantu promosiin sektor pariwisata Palembang. Dari kasus ini, kreator konten harus belajar untuk lebih hati-hati saat membuat acara publik. Dan buat masyarakat, please kalo ada acara begini coba lebih sabar dan tertib. Yuk bijak dalam bersikap!