Jakarta, PIS – Ada yang menarik dari klenteng Hian Thian Siang Tee Bio di Jakarta Barat. Klenteng yang dibangun pada 1856 itu mempraktekkan toleransi yang luar biasa. Meski identik dengan warga Tionghoa, klenteng ini justru terbuka untuk siapa pun.
Di klenteng yang sudah berusia ratusan tahun ini, semua boleh berkunjung. Bahkan tersedia tempat sholat bagi muslim, dan juga tempat ibadah buat umat Budha. Menurut pengurus klenteng, acara tahlilan juga sering diadakan untuk mendoakan Presiden Keempat, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Bagi etnis Tionghoa, Gus Dur adalah seorang pahlawan. Gus Dur dinobatkan sebagai “Bapak Tionghoa Indonesia”. Berkat kebijakan dan pemikirannya yang membela hak-hak masyarakat Tionghoa.
Di masa kepemimpinannya, agama Konghucu dijadikan sebagai agama resmi NKRI. Tidak hanya itu, eksistensi warga Tionghoa juga dikembalikan. Selain klenteng Hian Thian Siang Tee Bio, ada banyak klenteng di Indonesia yang juga bisa menjadi sumber inspirasi kita.
Seperti Klenteng Pan Kho Bio di Bogor. Klenteng ini juga terbuka bagi umat agama yang lain. Di sana umat Islam sering mengadakan pengajian rutin setiap malam Jumat. Ada juga tradisi sedekah maulid dalam menyambut Maulid Nabi.
Bahkan, terkadang ada beberapa masyarakat yang melakukan tirakat dan berdoa di klenteng tersebut. Toleransi adalah kunci penting agar terhindar dari fanatisme yang dapat mengarah pada radikalisme dan ekstremisme.
Dengan begitu, semua pemeluk agama bisa beribadah dengan bebas tanpa ada saling mencurigai. Semoga toleransi yang dipraktekkan klenteng-klenteng itu bisa menjadi inspirasi bagi umat beragama. TOLERAN ITU INDAH KAN !