LSM SEJUK Menuduh Pemerintah Menekan Pers?

Published:

LSM terkemuka, Serikat Jurnalis untuk Keberagaman alias SEJUK mengarang bebas. Dalam akun instagramnya, mereka menulis : “Hentikan Tekanan Penguasa terhadap Pers”. Ini dilengkapi dengan subjudul: “Swasensor media pada pemberitaan Jokowi sebagai finalis tokoh paling korup versi OCCRP 2024.” Siapapun yang membaca judul ini, hampir pasti menduga bahwa saat ini pemerintah Prabowo melakukan tekanan terhadap pers. SEJUK selama ini terkenal sebagai organisasi kaum jurnalis yang kritis dan aktif membela keberagaman. Mereka layak dipercaya. Kalau ternyata memang benar ada tekanan penguasa terhadap pers, ini tentu merupakan ancaman serius bagi demokrasi. Karena itu, postingan SEJUK ini layak memperoleh perhatian.

Celakanya, kali ini SEJUK serampangan. Kalau dibaca postingannya secara lengkap, pembaca tidak akan menemukan satu pun kalimat yang menunjukkan penguasa atau pemerintah melakukan tekanan terhadap pers. SEJUK mungkin tidak bermaksud berbohong atau memfitnah pemerintah. Tapi mungkin, SEJUK terlalu emosional saja. Mungkin mereka tidak suka pemerintah. Mungkin mereka tidak suka Jokowi. Tapi celakanya, ketidaksukaan itu membuat mereka bersikap tidak adil. Mereka menuduh pemerintah menekan pers, padahal mereka tak punya bukti bahwa pemerintah menekan pers. Postingan Sejuk ini terkait dengan pengumuman dari OCCRP akhir tahun lalu tentang pemimpin korup di dunia.

OCCRP adalah sebuah organisasi internasional yang memusatkan perhatian pada pelaporan investigasi praktek korupsi dan kejahatan terorganisasi di dunia. Untuk tahun 2024, OCCRP memberikan gelar pemimpin terkorup itu pada Bahsar al-Assad, mantan presiden Lebanon yang baru saja digulingkan tahun lalu. Tapi sebelum menentukan nama pemimpin terkorup ini, OCCRP mengundang para pembaca di seluruh dunia untuk mengajukan nama-nama pemimpin korup di dunia.

Nah dalam tahap inilah, nama Jokowi cukup banyak tersebut. Bisa jadi yang mengirimkan nama Jokowi ke OCCRP adalah aktivis anti Jokowi di Indonesia. Singkat kata, nama Jokowi memang tercantum dicantumkan OCCRP dalam daftar nama-nama orang yang dinominasikan pembaca. Nama Jokowi sebenarnya hanya di sebuah kolom kecil di samping tulisan utama. Tapi di Indonesia, berita ini meledak. Sejumlah media, LSM, influencer salah mengutip dengan mengatakan Jokowi Masuk Daftar Tokoh Dunia Paling Korup 2024 versi OCCRP. OCCRP sendiri kemudian membuat rilis yang menyatakan bahwa mereka tidak memiliki bukti bahwa Jokowi melakukan korupsi semasa menjabat sebagai presiden.

Karena itu wajar kalau ada sejumlah media di Indonesia yang sebelumnya menulis berita yang menunjukkan bahwa OCCRP menempatkan Jokowi sebagai koruptor, mengubah atau bahkan men takedown berita itu. Di sinilah letak ketidakadilan Sejuk. Sejuk menulis bahwa ada media nasional yang awalnya memuat berita tentang laporan OCCRP, belakangan mentakde down berita tersebut. Tapi kemudian Sejuk begitu saja menyatakan bahwa meskipun belum ada keterangan resmi alasannya, penurunan berita itu menimbulkan spekulasi adanya tekanan atau swasensor untuk menghindari potensi konflik dengan penguasa. Jadi bayangkan, Sejuk sebenarnya tidak punya informasi yang valid bahwa pemerintah menekan media tersebut untuk mentakedown berita tersebut.

Tapi kok Sejuk bisa-bisanya menulis dengan judul besar: Hentikan Tekanan Penguasa terhadap Pers?SEJUK tampaknya perlu lebih bisa menahan diri. SEJUK barangkali kecewa dengan Jokowi, dengan Prabowo, dengan politik Indonesia. Namun sebagai LSM yang kredibel, SEJUK tak boleh menuduh tokoh-tokoh yang dibencinya sembarangan.

Bersikap Adillah Sejak Dalam Pikiran!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img