Patuh pada Suami Jalan menuju Surga? Nggak Logis Banget

Published:

Kalo istri patuh sama suami, dia bakal gampang masuk surga. Pernyataan ini disampaikan dr. Aisyah Dahlan, dokter sekaligus ustadzah yang sering ngasih tips tentang psikologi dan parenting di media sosial. Dalam video di YouTube “Helmy Yahya Bicara,” Aisyah bilang istri nggak boleh komplain dan harus patuh sama suami.

“Laki-laki itu nggak suka disuruh, dinasehatin, dicela, atau dikomplain sama istri,” kata Aisyah. “Kalau ini dipegang, insyaAllah kita bisa masuk surga. Surga dunia dan akhirat,” tambahnya. Menurut Aisyah ini sesuai pendapat jumhur ulama atau mayoritas ulama berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Ada ayat-ayat yang menjelaskan laki-laki beda dengan perempuan, katanya.

Dia bilang, kalau istri ngebangkang (nuzus), ada langkah yang harus dilakukan suami, seperti pisah tempat tidur dan lain-lain. Sebaliknya, kalau suami yang ngebangkang, istri harus harus ngajak ngobrol suaminya dengan baik-baik dan nggak boleh ditinggal dan didiemin. Aisah bilang istri negur suami harus dengan pake adab, nggak boleh di depan orang.

Aisyah juga bilang, istri nggak boleh nolak ajakan hubungan suami kecuali ada halangan syar’i seperti haid. Kalau istri nolak, dia bisa kena laknat malaikat. Meski begitu, Aisyah juga menekankan pentingnya saling memahami peran dalam rumah tangga.

Apa yang disampaikan Asiyah ini terkesan patriarkis banget ya. Memang dalam Islam, kepatuhan istri ke suami dianggap sebagai ibadah. Ada hadis yang bilang, kalau istri rajin sholat, puasa, jaga kehormatan, dan patuh sama suami, pintu surga terbuka untuknya.

Tapi, penting dicatat, patuh di sini bukan berarti tunduk buta tanpa logika ya. Kepatuhan tetap harus sesuai dengan akal sehat. Contoh yang paling mencolok, misalnya, dalam melakukan aktivitas seksual.

Dalam melakukan aktivitas seksual, istri digambarkan dalam Islam haruslah patuh mutlak. Bahkan ada hadis yang menyatakan istri akan dilaknat malaikat jika menolak ajakan suami untuk melakukan aktivitas seksual. Walhasil, istri seringkali sungkan berkata ‘tidak!’ ketika suaminya mengajak melakukan aktivitas seksual.

Istri terpaksa patuh dan menerima ajakan suaminya tersebut. Padahal pikiran dan tubuhnya sedang nggak menginginkan itu karena alasan-alasan yang bisa dipahami, di luar menstruasi atau pasca melahirkan. Parahnya lagi kalo suaminya nggak sensitif dan empatik sama sekali.

Keyakinan ini jelas kontras dengan keyakinan bahwa Islam adalah agama yang sangat menghormati hak-hak perempuan, termasuk dalam soal hak seksual. Muslim seharusnya peka dan bisa menerima jika istrinya tidak berkenan menyambut ajakan melakukan seksual, misalnya.

Apalagi dalam Islam, suami dan istri digambarkan secara indah layaknya pakaian. Yang di antara tafsirnya adalah saling melindungi, saling menghiasi, saling menghangatkan. Untuk itu, posisi suami dan istri mengandaikan setara.

Bukan yang satu dominan, sementara yang lainnya cuma remah rengginang. Suami dan istri harus saling menghormati dalam hubungan yang setara. Jangan sampai istri merasa nggak dihargai bahkan di rumahnya sendiri.

Istri berhak bersikap, menyatakan pendapatnya, dan ambil keputusan. Dan suami harus memberi ruang untuk itu. Kepatuhan buta seperti yang dipraktekkan Arab jahiliyah sudah ditentang Nabi Muhammad.

Kita jangan mengulanginya lagi di abad modern ini. Yuk, dukung hubungan suami-istri yang setara!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img