Paus Fransiskus, Sang Pembela Mereka Yang Dipinggirkan

Published:

Kita kehilangan Paus Fransiskus. Kita kehilangan sosok yang selalu membela saudara-saudara kita yang dipinggirkan. Tanpa peduli etnis, agama, dan orientasi seksual yang dibelanya. Di detik-detik terakhir hidupnya, Paus masih memikirkan nasib warga Gaza. “Hentikan perang di Gaza,” pesannya terakhir yang menggetarkan dunia dalam kondisi lemah dan sakit. Paus sedih melihat serangan brutal Israel di Gaza yang menyebabkan ribuan warga sipil tewas dan terluka. “Saya minta agar senjata segera dibungkam dan keberanian ditemukan untuk melanjutkan dialog,” katanya. “Supaya semua sandera bisa bebas dan gencatan senjata permanen bisa tercapai,” lanjutnya. Paus juga ingetin soal situasi kemanusiaan di Gaza yang serius banget. Menurutnya, dibutuhkan tindakan cepat dari semua pihak, terutama pemimpin dunia, untuk menghentikan kekerasan di Gaza.

Selama 18 bulan terakhir hidupnya, Paus jadi simbol harapan komunitas Kristen di Gaza. Paus rutin telepon Gereja Holy Family, satu-satunya gereja Katolik di Gaza, buat doain dan kasih dukungan ke sekitar 600 orang yang mengungsi di sana. Umat di Gaza menyebut Paus sebagai ‘Santo Gaza’ karena perhatian dan kasihnya nggak pernah putus, bahkan ketika dia sakit parah.

Paus juga membela kaum LGBT. Menurut Paus, semua manusia adalah ciptaan Tuhan yang memiliki martabat. Karena itu, semua manusia harus dihormati dan diperlakukan baik. “Jika seorang gay mencari Tuhan dan memiliki niat baik, lalu siapalah saya untuk menghakiminya?” kata Paus. Paus mengkritik hukum-hukum yang dibuat untuk mendiskriminasi kaum LGBT. Memang, Paus nggak menyangkal doktrin Katolik yang bilang homoseksualitas sebagai tindakan yang berdosa. Tapi, homoseksualitas, kata paus, bukan tindakan kriminal. Paus memberikan dukungan kepada Pastor James Martin yang melayani umat Katolik dari kelompok LGBT. Kata Paus, Tuhan adalah bapak yang nggak mengingkari anak-anaknya. “Gaya Tuhan adalah kedekatan, belas kasih, dan kelembutan,” kata Paus dalam suratnya kepada Pastor James.

Paus juga mengizinkan para pastor memberkati pernikahan pasangan sesama jenis. Bagi gereja Katolik, pernikahan memang antara laki-laki dan perempuan. Tapi, kalau ada pasangan yang mau menerima pemberkatan, pasangan itu nggak harus sempurna secara moral terlebih dahulu. Karena itu, para pastor bisa memberkati pasangan tertentu, walau hubungan pasangan itu belum diterima dalam doktrin Katolik.

Paus juga membela anak-anak korban kekerasan seksual di lingkungan gereja di berbagai negara. Di Perancis aja, diperkirakan ada ratusan ribu kasus kekerasan seksual yang dilakukan para pastor terhadap anak sejak 1950. Paus sedih dan malu melihat ketidakmampuan gereja menangani masalah ini. Paus memohon maaf atas rasa sakit yang selama ini dirasakan para korban. “Kami tidak peduli dengan anak-anak. Kami meninggalkan mereka,” kata Paus. Paus menegaskan gereja seharusnya jadi rumah yang aman bagi semua orang. Paus mengecam para pemimpin Gereja Katolik yang lebih mementingkan reputasi diri sendiri daripada keselamatan anak-anak. Paus juga mendesak semua pastor untuk memastikan kejahatan kemanusiaan itu nggak terulang lagi.

Paus Fransiskus adalah paus pertama dari Amerika Latin, Ordo Jesuit. Dia dikenal vokal membela kaum miskin dan kelompok terpinggirkan serta peduli pada isu lingkungan. Ide-ide reformisnya nggak selalu diterima di internal gereja. Tapi perjuangan dan warisannya akan selalu dikenang dan dihormati. Paus meninggal di usia 88 tahun setelah berjuang melawan pneumonia selama lebih dari lima minggu. Semoga semua tokoh agama bisa mengikuti teladannya. Selamat jalan, Paus Fransiskus!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img