Puluhan Gereja di Amerika Tolak Kasih Susu Formula di Social Experiment

Published:

Beneran nggak ada satupun gereja di Amerika yang mau kasih susu formula ke ibu ini? Semua bermula dari viralnya sebuah social experiment mengenai seorang wanita yang minta bantuan susu formula ke puluhan gereja. Tapi sayangnya hampir sebagian besar gereja nggak bersedia buat kasih susu formulanya.

Btw Social Experiment itu sebuah percobaan yang dilakukan untuk melihat bagaimana orang bereaksi atau bertindak dalam situasi tertentu. Biasanya di kehidupan nyata, supaya bisa memahami perilaku manusia, norma sosial, atau masalah sosial tertentu. Nah si wanita ini menelepon banyak gereja dan rumah ibadah lain, mengaku butuh susu formula untuk bayi yang “kelaparan”. Sambil menelepon, ia memutar suara bayi menangis agar panggilan terasa nyata. Kalau responnya positif, wanita ini akan langsung mengaku ini social experiment.

Dikutip dari Newsweek, wanita ini bikin 42 video panggilan ke tempat ibadah. Hasilnya, 9 tempat bersedia membantu, termasuk Islamic Center of Charlotte dan Buddhist Temple di Chapel Hill. Sementara 33 gereja menolak, seperti The United House of Prayer For All People di DC dan Lakewood Church di Houston. Mereka yang menolak mengalihkan ke pusat krisis kehamilan atau pantry makanan, atau meminta apply lewat “benevolence ministry”. Btw, Benevolence ministry adalah program bantuan gereja yang menangani kebutuhan dasar jemaat atau masyarakat, tapi prosesnya bisa berminggu-minggu. Germantown Baptist Church hanya melayani anggota gereja saja.

Tapi ada gereja yang responsif, seperti Heritage Hope Church of God di Somerset, Kentucky, dengan pastor Johnny Dunbar yang merespons sangat empatik. Dan, si pembuat Social Experiment ini adalah seorang Tiktoker bernama Nikalie Monroe yang merupakan mantan anggota militer dari Kentucky. Pengalaman profesionalnya menjadi inspirasi dia dalam membuat social experiment ini. Dulu Nikalie kerja sebagai konselor kecanduan narkoba, sering merujuk klien ke gereja untuk bantuan. Tapi ia merasa banyak gereja “gak punya apa-apa” untuk ditawarkan. Nikalie ingin menguji apakah gereja-gereja benar-benar menjalankan misi “Dapur Kasih”, khususnya untuk kebutuhan bayi.

Eksperimen ini menuai pro-kontra. Netizen pro memuji gereja kecil dan masjid yang dermawan, sementara gereja besar dikritik “banyak omong kasih, tapi susah tindakan nyata.” Beberapa tokoh agama menganggap eksperimen ini “rendahan” dan menuduh Nikalie pakai “drama bayi”. Poin pentingnya bukan soal agama mana lebih baik, tapi bagaimana lembaga keagamaan menghadapi situasi darurat.

Banyak gereja besar punya prosedur ketat: formulir, verifikasi, dan proses menunggu beberapa hari, demi akuntabilitas dan bantuan tepat sasaran. Tetapi prosedur ini bisa jadi hambatan ketika kebutuhan mendesak, seperti bayi “lapar sekarang.” Rumah ibadah lebih kecil, termasuk beberapa gereja, masjid, dan kuil, sering bertindak spontan tanpa birokrasi kompleks. Bukan berarti gereja besar tidak peduli, tapi “peraturan baik” kadang menghalangi respons cepat. Heritage Hope Church of God menunjukkan keramahtamahan gereja kecil yang terasa humanis, hadir secara langsung bukan lewat prosedur.

Kemurahan hati bukan soal label agama, tapi soal pilihan individu dan komunitas hadir bagi orang lain. Setiap agama punya nilai kasih, kepedulian, dan kesetiakawanan sosial; yang membedakan adalah penerapannya dalam tindakan sehari-hari. Selalu ada komunitas kecil yang bekerja diam-diam, menolong tanpa viral atau proposal.

PIS memandang ini sebagai wake-up call: birokrasi perlu, tapi empati harus lebih dulu. Sistem penting untuk transparansi, tapi harus ada jalur cepat untuk kasus darurat. Tapi ingat, ini sekadar social experiment. Ada ratusan gereja dermawan, ribuan masjid yang peduli, dan kuil yang berbuat baik tanpa sorotan.

Pada akhirnya, eksperimen ini mengajak kita bertanya ulang: apakah lembaga keagamaan masih jadi tempat pertama saat butuh pertolongan? Jawabannya bergantung pada budaya komunitas: cepat, tulus, dan manusiawi. Ini pesan paling penting dari eksperimen Nikalie Monroe: kemanusiaan tidak boleh kalah oleh prosedur. Yuk nyatakan solidaritas terhadap sesama!

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img