Respons Kebijakan Trump, China Batasi Peredaran Film Hollywood

Published:

China bakal membatasi peredaran film-film Hollywood di negaranya. Langkah ini muncul sebagai respons atas kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump. Trump mengesahkan UU Pemotongan Pajak dan Pekerjaan pada 9 April lalu. UU ini menaikkan tarif impor berbagai produk dari negara-negara mitra dagang AS. Tarifnya berbeda di tiap negara, tergantung defisit perdagangan masing-masing negara terhadap AS. Imbasnya, muncul wacana boikot terhadap produk budaya Amerika, termasuk film Hollywood.

Wacana ini mencuat setelah dua tokoh China memposting usulan mengurangi atau bahkan melarang impor film dari AS. Mereka adalah Liu Hong (editor senior kantor berita Xinhua) dan Ren Yi (cucu mantan petinggi Partai Komunis China). Mereka juga menyarankan investigasi terhadap kekayaan intelektual perusahaan AS di China. Mereka juga mendorong pembatasan pada layanan dan perusahaan AS yang beroperasi di Tiongkok. Usulan ini viral dan mendapat dukungan luas dari netizen China. Alasannya, industri perfilman AS memang sangat bergantung pada pasar internasional, termasuk China.

Misalnya, Minecraft Movie dari Warner Bros meraih 14,5 juta dolar dari China di pekan pertama tayang. Jumlah itu menyumbang 10 persen dari pendapatan internasionalnya yang mencapai 144 juta dolar. Artinya, China punya kekuatan ekonomi yang cukup untuk memberi tekanan pada AS lewat sektor budaya. Selain film, China juga bersiap menaikkan tarif produk pertanian AS seperti kedelai dan sorgum. Juga melarang impor unggas dari AS.

Trump memberlakukan tarif dasar sebesar 10% untuk semua produk impor. Tapi secara khusus, China dikenai tarif tambahan hingga 34%, totalnya bisa mencapai 104%. Negara lain seperti Uni Eropa dikenai tarif 20%. Sedangkan Vietnam, Bangladesh, Sri Lanka, Thailand, Taiwan, dan Indonesia dikenai tarif antara 32% sampai 49%. Kebijakan ini memicu ketegangan dalam perdagangan internasional. Negara-negara terdampak mulai menyusun langkah balasan. Kanada menetapkan tarif balasan 25% atas barang-barang AS senilai 155 miliar dolar. Uni Eropa mengancam akan mengenakan tarif atas produk ikonik AS seperti jeans, motor Harley-Davidson, dan selai kacang. Sebaliknya, Vietnam berencana menghapus seluruh tarif atas produk AS sebagai strategi tandingan.

Lalu gimana sikap Indonesia? Presiden Prabowo menyambut positif efek nggak langsung dari kebijakan Trump itu. Menurutnya kebijakan tarif itu memaksa Indonesia jadi lebih efisien dan nggak manja. Prabowo menilai momen ini tepat untuk merampingkan proses izin impor dan menata ulang regulasi perdagangan. Dia juga menyebut seluruh aturan teknis, termasuk impor, harus melalui izin langsung presiden.

Sebenarnya Indonesia punya ruang untuk melakukan langkah strategis seperti China. Misalnya, membatasi masuknya produk budaya atau barang ikonik dari AS untuk meningkatkan daya tawar. Tapi langkah seperti itu harus dijalankan secara cermat dan berjangka panjang, bukan reaktif. China berani karena mereka punya pasar domestik besar, cadangan devisa tinggi, dan jaringan dagang luas. Indonesia jelas nggak sebesar dan sekuat China. Tapi kita bisa mendorong produk lokal ke pasar untuk menyaingi produk AS sembari memperkuat industri kreatif dalam negeri.

Indonesia bahkan bisa memimpin gerakan kemandirian ekonomi regional jika dikelola serius. Kuncinya: kalkulasi matang, bukan konfrontasi langsung. Kalau strategi ini dijalankan dengan rapi, Indonesia bisa mandiri secara ekonomi dan makin disegani secara politik. Indonesia harus cerdas menyusun rencana dan mengambil langkah strategis di tengah gejolak global ini. Demi kemajuan dan kesejahteraan Indonesia.

Artikel Terkait

Terbaru

spot_img