Jakarta, PIS – 24 tahun yang lalu, rezim Orde Baru tumbang Demokrasi menang, Pemerintah Otoriter diturunkan. Namun itu diawali oleh rangkaian peristiwa menyakitkan . Pada 13-15 Mei 1998 terjadi kerusuhan rasial anti Tionghoa. Lokasi utamanya adalah di Jakarta dan sekitarnya. Dalam skala lebih terbatas terjadi juga di Surabaya, Semarang, Bandung, Palembang, Medan, dan sejumlah kota besar lainya Di tiga hari itu, warga Tionghoa menjadi sasaran amukan dan kebencian massa. Banyak toko, perusahaan, pabrik, show room, rumah, milik orang Tionghoa dihancurkan dan dibakar.
Barang-barang di dalamnya dijarah. Untuk menghindari serangan, banyak para pemilik toko ketakutan dan menulisi muka toko mereka dengan tulisan “Milik pribumi” atau “Pro-reformasi” Yang sangat tragis, ratusan wanita Tionghoa mengalami pelecehan seksual, dianiaya, sebgian diperkosa, dan dibunuh. Para pelaku kekerasan seksual adalah para pria yang tiba-tiba menyebar sebagai para predator seks. Mereka menyerang wanita Tionghoa yang mereka temukan baik di jalan dan di rumah, hingga di transportasi seperti taksi, angkot, maupun bus. Kejadian tersebut menyisakan bekas trauma psikis yang amat berat bagi korban yang masih hidup. Beberapa di antaranya bahkan memilih bunuh diri karena tidak sanggup menanggung beban trauma. Ada yang terganggu jiwanya, dikucilkan, serta pindah keluar negeri dengan mengganti identitas.
Terdapat dugaan keras, penyerangan terhadap warga Tionghoa itu digerakkan secara sistematis Tidak hanya spontanitas dan sporadis. Tindakan biadab itu adalah teror hanya terhadap orang Tionghoa, tidak yang lain. Orang-orang Tionghoa diposisikan sebagai kambing hitam krisis ekonomi. Perempuan Tionghoa menjadi sasaran utama kekerasan karena dianggap kaum yang lemah dan tidak bisa melawan. Total korban tewas dalam kerusuhan Mei 1998 adalah sekitar 1200 orang, dan setidaknya 85 wanita dilaporkan mengalami kekerasan seksual . Sampai saat ini, kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi. Pemerintah demi pemerintah sejak awal reformasi, tak bisa mengungkap dalang sesungguhnya di belakang tragedi kemanusiaan ini. SEJARAH KELAM JANGAN BERULANG