Jakarta, PIS – Saya yakin Bestie PIS pasti kagum sama apa yang dilakukan emak-emak muslimah yang satu ini. Btw, namanya Mida Sahada, 46 tahun. Dia ikut membantu pendirian gereja di satu kelurahan di Depok, Jawa Barat.
Mida percaya imannya tidak akan goyah hanya karena membantu sesama yang berbeda agama. Mulia banget kan? Nah, yang dilakukan Mida adalah mengetuk pintu ke pintu untuk mengumpulkan tanda tangan dan fotokopi warga sebagai bentuk dukungan pendirian gereja.
Syarat ini diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tahun 2008 soal pendirian rumah ibadat. Yang dia datangi lebih dulu adalah rumah-rumah keluarga besarnya.
Di sana Mida menjelaskan maksud dan tujuan pendirian gereja itu. Alhamdulillah, mayoritas keluarga besarnya ikut mendukung dan memberikan tanda tangan. Mida juga membuat pemetaan awal mana warga yang sekiranya mudah diajak bicara dan pikirannya terbuka.
Pengalamannya sebagai anggota Panitia Pengawas Pemilu sangat membantunya. Meski begitu, apa yang dilakukan Mida tidak selalu berjalan mulus. Ada warga setuju dan memberikan dukungan, tapi ada juga tidak setuju dan menolak kehadiran gereja di lingkungan mereka.
“Beberapa warga ikhlas tanda tangan, tanpa kami paksa,” kata Mida ke media online Tirto Id. Yang juga jadi tantangan, warga yang sudah memberikan dukungan diintimidasi untuk menariknya. Untungnya, intimidasi itu tidak menciutkan nyali warga yang memberikan dukungan. Mida mendapat macam-macam fitnah karena totalitasnya itu.
Mulai dari menerima sejumlah uang, membantu kristenisasi, sampai diselewengkan untuk pinjol. “Saya harus kuat kuping, kuat hati, kuat mental,” kata Mida. Apa yang dilakukan Mida adalah gambaran kecil tentang perjuangan mendirikan rumah ibadah bagi kelompok minoritas.
Sulit memang, tapi kita harus tetap optimis. Apalagi Presiden Jokowi baru-baru ini memberikan teguran kepada walikota/bupati se-Indonesia untuk menjamin hak kebebasan beribadah semua warga.
Mudah-mudahan tumbuh Mida-Mida baru di seluruh Indonesia. IBU MIDA, ANDA LUAR BIASA!