Jakarta, PIS – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno kayanya kurang menapak bumi deh. Dia mengajak warga untuk mengurangi konsumsi K-Pop dan Drakor (Drama Korea)?
Sebagai gantinya, dia mengajak memperbanyak konsumsi konten kreatif lokal, seperti Drasun (Drama Sunda) atau D-Kop (Dangdut koplo). Itu, kata dia, supaya ekonomi kreatif Indonesia semakin berkembang dan berdaya.
Pernyataan Sandi itu mungkin terdengar indah di telinga. Tapi kan anak muda Indonesia tidak akan begitu saja pindah dari K-Pop ke Drasun hanya dengan himbauan sang Menteri. Indonesia adalah negara bagi jutaan pecinta K-pop.
Indonesia dikenal memiliki fanbase yang besar dan loyal dalam dunia K-pop. Kpopers Indonesia mau mengeluarkan banyak uang untuk membeli tiket konser, album, dan merchandise. Mereka juga pembeli produk-produk yang diiklankan artis kesukaan mereka, mulai dari skincare, style Korea, dan makanan Korea.
Mereka juga mendirikan fanbase yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Mereka memiliki kepengurusan yang terstruktur layaknya organisasi pada umumnya dan aktif mengadakan event-event. Begitu juga dengan Drakor.
Survei JakPat menunjukkan rata-rata penggemar drakor di Indonesia menonton 4 drakor dalam seminggu. Sementara, rata-rata durasi menonton per sekali duduk tercatat selama 2 jam 45 menit. Itu pola yang tidak mudah diubah
Kalau Sandi serius ingin meningkatkan konsumsi konten kreatif lokal, dia sebaiknya mengikuti langkah Pemerintah Korea Selatan. Pemerintah Korea serius mengembangkan industri budaya mereka agar laku di pasar internasional.
Mereka membentuk kementerian khus yang membawahi tiga lembaga. Pengusaha dan seniman digandeng. Infrastruktur penunjang dibangun. Dalam dua dekade terakhir, Pemerintah Korea Selatan mampu menjadikan industri kreatif sebagai produk budaya dan sumber pemasukan negara.
Jadi, apakah Pak Sandi sudah melakukan hal-hal itu untuk meningkatkan kualitas produksi konten kreatif lokal kita? Kalau belum, ya jangan minta ke publik melakukan hal yang aneh-aneh ya.
