Sekarang lagi beredar tuduhan bahwa gereja-gereja di Indonesia itu nggak tulus dalam melayani Tuhan dan Umat? Dibilang, mereka ini sebenarnya saling berkompetisi satu sama lain. Pernyataan ini misalnya diungkap akun Tiktok @doxaministry pada Kamis, 5 Desember lalu. Akun itu bilang bahwa sekarang gereja itu bukan lagi “Satu Kesatuan Tubuh Kristus”. Kata dia, sekarang beberapa gereja justru terkesan memiliki tujuan “komersialisasi” dibanding menyebarkan Injil. Akun ini juga membeberkan beberapa permasalahan gereja Indonesia yang udah bukan satu tubuh dalam Kristus lagi. Salah satunya, gereja sekarang lebih terobsesi pada jumlah jemaat.
Banyak gereja yang lebih fokus menarik jemaat sebanyak mungkin. Seringkali gereja menggunakan strategi pemasaran yang konsepnya mirip dengan strategi bisnis. Hal inilah yang nggak jarang menimbulkan gesekan antar gereja karena mereka berlomba-lomba mendapatkan jemaat baru. Sampai ada istilah “domba dicuri dari gereja sebelah”. Padahal, mestinya inti dari gereja adalah persekutuan tubuh Kristus yaitu membentuk komunitas yang saling membangun. Bukan mengejar angka sebagai fokus utama, katanya. Akun Doxa Ministry juga bilang ada gereja yang berlomba membangun gereja yang mewah dan megah.
Sebenarnya nggak ada masalah dengan itu, karena bisa menunjang pelayanan juga. Tapi kalo fokus gereja jadi ke arah sana, justru tujuan diakonia atau pelayanan terhadap jemaat dan sesama menjadi terabaikan. Uang anggaran gereja yang seharusnya dipakai untuk menolong sesama yang membutuhkan justru dialihkan ke proyek gereja yang sebenarnya nggak esensial. Termasuk membangun gedung gereja yang mewah. Kemudian juga soal fenomena branding gereja dan pemimpinnya. Menurut akun itu, ada beberapa gereja yang lebih dikenal karena nama pemimpinnya, dan bukan bukan karena pesan Kristus. Eksklusivitas denominasi juga jadi permasalahan serius. Keanggotaan jemaat di Kristen Protestan kan lebih ketat dibanding keanggotaan jemaat dalam Islam, misalnya.
Jadi kalau seseorang menjadi jemaat gereja Kristen Batak, maka dia hanya bisa beribadah di Gereja tersebut. Dia gabisa, misalnya, beribadah di Gereja Kristen Jawa. Atau kalau dia anggota dari jemaat Pantekosta, ya dia hanya bisa beribadah di Gereja Pantekosta. Atau kalau dia anggota jemaat Methodis, dia hanya bisa beribadah di Gereja Methodis. Ini berbeda dengan umat Islam yang bisa beribadah di sembarang masjid. Masalahnya, nggak sedikit gereja yang menekankan perbedaan doktrin mereka ke jemaatnya sehingga menimbulkan sekat dengan gereja lain.
Semangat kerjasama dan persatuan tubuh Kristus tergantikan oleh persaingan sektarian. Gereja juga seringkali membuat acara-acara yang sebenarnya hanya untuk menaikkan popularitas aja. Bukan murni melayani masyarakat. Tapi yang sekarang jadi pertanyaan, apa benar saat ini gereja terkesan hanya dijadikan “ladang bisnis”? Secara garis besar konten Doxa Ministry tidak memaparkan secara rinci bukti ilmiah apakah benar telah terjadi persaingan “bisnis” di antara gereja. Bagaimanapun, apa yang diungkapkan Doxa Ministry ini perlu mendapat perhatian umat Kristen. Bahkan perlu juga dipahami umat Islam.
Masalahnya, umat Islam sebagai umat mayoritas belum paham konsep denominasi atau faksi keagamaan dalam Kekristenan. Seringkali muslim awam tentang keunikan Kristen dan nggak paham soal latar belakang jemaat yang datang dari denominasi yang berbeda. Umat Islam nggak paham bahwa jemaat Gereja Jawa ya hanya bisa beribadah di Gereja Jawa. Karena eksklusivitas ini, banyak gereja dari denominasi yang berbeda harus dibangun di wilayah yang berdekatan. Karena itu kita kita berharap Doxa Ministry bisa menjadi agen yang mencerahkan pemahaman keagamaan umat Kristen tapi juga membantu umat Islam memahami Kristen.
Yuk, kita berlomba melakukan kebaikan. Yuk, beragama dengan bijak!